Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

septem

Weekend nih :3

Happy reading!

.

.

.

.

.

Hari ini adalah hari diadakannya Festival yang telah dinanti-nantikan selama setahun penuh. 

Setiap tahun, sekolah akan mengadakan festival untuk menyambut musim gugur. Festival yang diadakan di halaman sekolah dihiasi oleh daun-daun coklat yang mulai berguguran menjadi daya tarik tersendiri bagi seluruh murid maupun pengunjung. 

Pada festival ini, ratusan booth akan dibuka untuk menjual berbagai barang dan makanan, serta ada yang memanfaatkannya untuk kegiatan pameran. Festival ini juga dibuka untuk umum dan mengadakan open house bagi calon murid yang kelak akan bersekolah disini. 

Para anggota OSIS pun saling membagi tugas untuk mengawasi jalannya acara tersebut. Halilintar dan Thorn akan mengawasi di sektor A , Taufan dan seorang murid lain di sektor B, dan seterusnya. 

Awalnya, para anggota OSIS mengeluh karena ternyata tugas mereka dalam festival ini masih terus berlanjut. Tapi khusus Halilintar dan Thorn, mereka malah kesenangan karena mendapat giliran berdua. 

Kini Halilintar dan Thorn tengah berpatroli di sektor mereka. Beruntung, mereka mendapat sektor makanan sehingga mereka dapat jajan sepuas hati. Diam-diam, mereka menertawakan dan menyayangkan anggota yang mendapat sektor pameran. Makan tuh liatin pameran sampe bosen.

"ey! Thorn! jajan permen kapas yuk!" 

Halilintar dengan gembira menunjuk booth yang menjual permen kapas tak jauh dari mereka. Sebelah tangannya memegang es krim dan sebelahnya lagi memegang dua tusuk sate ayam. Thorn yang melihatnya pun geleng-geleng kepala. 

"habisin dulu itu makanannya!" ujar Thorn, ia terkekeh melihat Halilintar dengan rakus melahap dua sate ayam itu.

"pelan pelan makannya ah! nanti keselek siapa susah?? aku juga.."

Thorn mendengus sembari mengelap pinggiran mulut Halilintar yang belepotan karena terkena saus sate sedangkan Halilintar hanya cengar cengir melihat Thorn yang udah cocok banget jadi masa depan, eheuyy.

"kamu sendiri! dari tadi gak makan apa apa! rugi tau- kita OSIS kan boleh dapet makanan gratis!"

"hmph- aku gak suka makan makanan ringan kayak gitu" balas Thorn.

"ceh, sombongnya! yasudah biar aku makan sendiri!" Halilintar mencibir kemudian berjalan mendahului Thorn sambil melanjutkan makannya. 

Thorn hanya tersenyum dengan tingkah istri- eh calon istrinya yang persis seperti bocah umur lima tahun. Harusnya sih halal untuk ditinggal tapi karena sayang jadi ya disusulin. 

"awas gembul kamu kebanyakan makan" goda Thorn sembari mencolek sebelah pipi Halilintar yang gempal karena makanan yang memenuhi mulutnya, persis seperti tupai.

"bwiarin!" cetus Halilintar. 

"kok biarin?" 

"yang penting kamu masih suka sama aku!" 

Poff!

Kali ini giliran wajah Thorn yang memerah padam, terlebih saat ia menyaksikan orang yang ia sukai bicara demikian sambil memberinya tatapan lucu dan kedua pipi menggembung karena terisi makanan. 

"Thorn.." 

Thorn masih bengong ditempatnya. 

"oey durian!" 

"...."

"akar berduri!" 

....

"mas pacar!" 

"eh-hadir!" Thorn menyahut dengan tangan terangkat. Halilintar langsung tertawa keras melihat Thorn yang gelagapan, entah dia bengong karena apa, tapi reaksinya menghibur.

"e-eh?? s-sejak kapan kita jadi pacar??" tanya Thorn setelah tersadar. 

"ey? kupikir kita udah pacaran?" Halilintar berkedip bingung. 

"hah?? k-kapan??" 

Kali ini giliran Halilintar yang bengong. 

"kan aku belom pernah nembak kamu?" bingung Thorn. 

"y-yang waktu itu bukan nembak?" 

"yang mana?" 

"waktu kita berduaan di ruangan OSIS minggu lalu.." 

"ehhh??" 

Halilintar dan Thorn saling berpandangan bengong menatap wajah masing-masing yang kebingungan akut. 

"m-memangnya kalo bilang suka artinya pacaran?" tanya Thorn polos. 

"memangnya kalo udah sama sama suka berarti nggak pacaran?" Halilintar bertanya balik dengan tak kalah polosnya. 

"Kan aku belum bilang 'jadi pacarku ya' .."

"Hah?"

Thorn mengedip heran "iya..aku liat di drama orang nembak harus ngomong gitu dulu.."

Dan sekali lagi, keheningan terjadi diantara pasangan yang tengah krisis status itu. Hingga Halilintar tiba-tiba berbalik pergi ditengah keheningan itu.

"Eh- eh?? Hali mau kemana??"

"Mau kabur! Males ngomong sama Thorn!" dengus Halilintar mempercepat langkahnya dan meninggalkan Thorn yang masih mencerna keadaan itu disana. 

"t-tunggu! say--eh Hali!! tunggu akuu!!"















*** 














Sementara itu. 

Di sektor B, Taufan tengah berpatroli di sekeliling booth yang bertemakan hiburan. Berbagai jenis mainan, atau jasa-jasa bermain game termasuk booth foto memenuhi sektor itu. 

Taufan tak sendirian, ia ditemani oleh Fang, salah satu OSIS yang menjabat sebagai sekretaris. Ia dan Fang sendiri sebenarnya tak begitu dekat, mereka hanya dekat sebatas sesama anggota OSIS. Hal itu disebabkan karena Taufan tak menyukai Fang. 

Fang adalah anak sekelas Thorn yang cukup populer di kalangan wanita. Karena ia populer, reputasinya pun tak begitu baik. Ia dicap playboy yang sering bergonta ganti pasangan setiap 1 minggu. Tapi walaupun begitu, para wanita tetap menggemarinya dan bahkan mengantri untuk bisa merasakan menjalin hubungan dengannya. 

Kalau ditanya kenapa ia bisa jadi anggota OSIS. Sebenarnya hal itu hampir mustahil mengingat prestasinya terbilang biasa saja. Karena ia terlalu sibuk mengurusi kepopulerannya itu, ia jadi sering bolos kelas dan mendapat nilai buruk dalam ujian. 

Tapi Halilintar, sang ketua OSIS yang kelewat baik hati itu tak tega untuk menolak Fang yang tempo hari mendaftar untuk jabatan sekretaris walaupun alasannya tak masuk akal.

Ya, betul sekali.. Fang ingin menjadi OSIS agar namanya dapat lebih terkenal dan meningkatkan kepopulerannya. Taufan tak setuju dengan itu, namun Halilintar tidak tega untuk menolaknya. 

Jabatan Taufan hanyalah wakil-ketua, jadi ia tak bisa membantah keputusan Halilintar. 

Ketidaksukaan Taufan pada Fang semakin menjadi saat mengetahui Fang sering sekali membolos saat rapat OSIS dan lalai dalam mengerjakan tugasnya sehingga berakhir Taufan dan Halilintar yang kewalahan menghubunginya. 

"aah! bosannya! harusnya kita dapat sektor makanan aja!" 

Taufan hanya melirik pada Fang yang barusan mengeluh. Menghembuskan nafas kasar, Taufan geleng-geleng kepala karena malas merespon si sok populer itu. 

"hey hey hey angin ribut, kau daritadi diem aja deh. Kenapa? sakit gigi ya?" komentar Fang sembari mengintip wajah Taufan yang sedari tadi hanya termenung menatap lurus. 

"hey- fan! kamu okay? wajahmu pucet banget! kamu sakit??" ujar Fang lagi, kali ini ia menepuk sebelah pundak Taufan agar Taufan menengok padanya. 

"kamu..bosen Fang?" Taufan tau-tau bertanya. 

"eh?" 

"mau main?" 

Kening Fang berkerut bingung melihat Taufan yang tiba-tiba random ngajak main. Padahal dari tadi, si angin ribut itu diem aja kayak orang bisu. 

"main..apa?" tanya Fang. 

"jalan-jalan, di sekitar sana.. bosen kan disini mulu" ujar Taufan santai, menunjuk pada bukit yang ada di belakang sekolah mereka. 

"tapi bukannya kita harus patroli disini? nanti kalo dicariin--"

"pergi satu atau dua jam gak akan bikin kamu kehilangan fans kok, Fang.." Taufan memotong perkataan Fang "mau main apa nggak?" 

Fang menatap ragu pada Taufan yang nampak berbeda dari biasanya. Ia tau kalau Taufan memang tak menyukainya, tapi ia tak pernah menunjukan ekspresi seperti ini sebelumnya. Taufan saat ini menatapnya seakan sudah siap memangsanya hidup hidup kalau ia berani menolaknya.

"um.. yaudah deh ayo" Fang menjawab ragu. 

Taufan tersenyum kecil lalu mengajak Fang untuk pergi menuju bukit yang ada di belakang sekolah. 

Jaraknya tidak begitu jauh, dan ada jalan kecil yang dibangun khusus sebagai akses. Walaupun tidak beraspal, namun masih bisa dilewati. Sebenarnya tidak banyak murid yang mengetahui tentang akses ini, karena itu tempat ini jarang terjamah oleh orang ramai. 

Fang sendiri tidak pernah sekalipun menginjakan kaki di tempat itu, karena itulah sepanjang perjalanan ia hanya mengikuti Taufan dari belakang dan membiarkan si anak ber-netra biru itu menuntunnya tanpa tau bahwa Taufan yang berjalan di depannya diam-diam menyeringai sepanjang perjalanan. 





Sesampainya mereka di bukit, Taufan membawa Fang masuk ke tengah hutan. Di sini, Fang mulai ragu untuk melangkah maju. Suasananya begitu sepi dan cukup gelap karena tertutup pohon-pohon rindang, dan Taufan hanya berjalan saja tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

"f-fan.. kita balik aja yuk..kayaknya kita terlalu dalem deh masuk ke hutannya" ujar Fang mulai ketakutan, namun Taufan tidak meresponnya. 

"Taufan?" 

Fang berjalan lebih cepat mendekati anak itu lalu menepuk pundaknya "Fan, berhenti" 

Dan Taufan pun berhenti. 

"Fan, sebenernya kita mau kemana? aku mau balik aja!" ujar Fang. Taufan pun membalikan badannya lalu tersenyum tipis. 

"kenapa? katanya mau main.." 

"t-tapi gak perlu sampai kesini kan?? nanti kalo nyasar gimana??" cetus Fang. Ia mulai tak nyaman melihat Taufan yang sedari tadi hanya tersenyum, dan ia baru menyadari bahwa pandangan Taufan kini terlihat sangat kosong. 

"yaudah.. ayo kita mulai permainannya" nada suara Taufan terdengar berbeda, Fang jadi semakin mencurigai sosok didepannya itu. Ia seperti... bukan Taufan. 

"nggak! aku udah gak mau main--"

"Nama permainannya.. Hide or Die.." Taufan memotong ucapan Fang , seringainya perlahan melebar dan membuat Fang merinding melihatnya. 

"k-kubilang aku gak mau main!" 

Netra delima Fang melebar begitu Taufan mengeluarkan sebuah pisau kecil dari balik bajunya. Ia mengangkat pisau itu hingga ke bagian dada dengan dua tangan, lalu memiringkan kepalanya menatap Fang. 

"kamu jadi yang sembunyi.. aku jadi yang mengejar.." ujar Taufan lirih. 

"nggak, Taufan! aku udah gak mau main sama kamu!" 

Setelah mengatakan itu, Fang langsung berbalik dan melarikan diri ke arah yang berlawanan. Sedangkan Taufan dari belakang pun tertawa keras kemudian ikut berlari mengejar lelaki berkacamata itu. 

"Fang Oliver..Ready or not... i'm coming!





To be continued.

Duar!! =w=

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro